2. PROSES RANCANGAN ESTETIKA

A. Permasalahan
B. Proses Rancangan
C. Pendekatan Perencanaan
D. Inventarisasi
E. Partisipasi Masyarakat
F. Analisis
G. Konsep Rancangan


A. Permasalahan
Suatu rancangan lansekap dapat dikatakan berhasil jika telah memenuhi target tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. Tujuan dan sasaran yang dicapai dapat berbeda beda untuk setiap permasalahan. Rancangan dinding pembatas dapat dibangun menarik dan dirancang dengan perhatian dan kepedulian yang besar terhadap penyelesaian detail detailnya. Dinding penghalang kebisingan jalan tidak hanya mementingkan segi estetikanya dan melupakan fungsi lainnya seperti mengurangi faktor kebisingan yang mempengaruhi kondisi lingkungan.
Dinding penghalang kebisingan secara proporsional (sesuai dengan rancangan dasarnya) dapat ditinggikan, direndahkan, dikecilkan, diperpanjang, diperpendek, maupun dipertebal agar mendapatkan ruang yang diinginkan. Perlu juga dipertimbangkan penempatan dinding penghalang kebisingan jalan agar disesuaikan dengan lingkungan setempat supaya tidak merusak visual pemandangan dan dapat menyatu dengan lingkungan secara keseluruhan. Biasanya pada proses perancangan lansekap, penekanan fungsi penghalang kebisingan pada rancangan dinding pembatas jalan kerap kali terlupakan. Berikut ini akan diuraikan tentang tahapan dalam proses perancangan lansekap.
B. Proses Rancangan
Pada dasarnya yang dimaksu proses perencangan disini adalah tools, alat atau proses untuk membantu kita dalam menyelesaikan problematika rancangan.
Caranya banyak sekali, tergantung dari pendekatan yang dianut si perancang, pola alir pikirannya, bentuk gambarnya, waktu, banyaknya disiplin profesi yang terlibat, macam proyek, tujuan proyek, manajemen, proyek swasta, proyek pemerintah (pusat, daerah, departemen, sektoral), dan lain-lain. Setiap langkah proses pasti dan selalu dimulai dengan langkah gagasan awal dan berakhir dengan tujuan/sasaran yang diinginkan. Sebelum melangkah pada proses perancangan dibutuhkan perumusan tentang tujuan, sasaran termasuk di dalamnya faktor waktu yang diperlukan untuk merampungkan rancangannya. Dalam garis besarnya hanya ada dua sistem proses, yakni sistem linier dan sistem putaran. Sistem linier banyak dipergunakan pada proses untuk menyelesaikan masalah desain atau enjineering dengan sasaran akhir menghasilkan sebuah keputusan (final), sedangkan sistem putaran (sirkel) lebih umum dipergunakan untuk tujuan perencanaan jangka panjang yang memerlukan evaluasi, pembangunan berjangka, pembangunan bertransisi, pembangunan sektoral yang menyangkut multiaspek clan menghasilkan sebuah kesimpulan. (Ir. Slamet Wirasondjaya, MLA dalam Kuliah Pengantar Seminar AR 482 tanggal 27 Februari 1980).


Gambar 2. 1
Proses rancangan system linier




Gambar 2. 2
Proses perancangan system putaran atau sirkel
Proses perancangan yang sistematik pada garis besarnya terbagi menjadi dua bagian, yakni Proses Pemrograman (programming) dan Proses Rancangan (design). Programming is analysis, design is synthesis (William Pena dalam buku Problem Seeking mengulas banyak tentang apa yang dimaksud dengan programming dan desain). Artinya pada proses pemrograman lebih ditekankan pada penganalisisan segala aspek yang terkait pada rancangan hingga menghasilkan suatu konsep skematik yang nantinya menjadi landasan pada proses design development. Setiap proses rancangan, hal tersulit adalah pengambilan keputusan untuk menjadi dasar pijakan dalam setiap langkah guna menyelesaikan karya rancang lansekap. Pengambilan keputusan ini harus dilandasi dengan landasan teori serta mengaplikasikannya di dalam rancangan. Oleh karenanya, keyakinan akan konsep yang dipikirkan memerlukan pemahaman yang jelas, runtut, dan sistematik.
C. Pendekatan Perencanaan




Pendekatan Perencanaan, banyak aspek yang perlu dipertimbangkan untuk mencapai rancangan dinding pembatas yang berfungsi sebagai penghalang kebisingan.
Dinding penghalang harus memiliki kemampuan untuk mengurangi kebisingan, struktur dinding yang kuat, tahan lama, aman bagi pengendara apabila terjadi kecelakaan dan memiliki estetika yang menarik. Untuk itu diperlukan berbagai ahli spesialisasi dari berbagai profesi untuk merumuskan problematika kebisingan, antara lain Arsitek Perencana, Arsitek Lansekap, Ahli Jalan Raya, Akustik Enjiner, dan Ahli Teknik Sipil. Keberhasilan rancangan sangat tergantung dari masukan berbagai ahli multidisiplin profesi sesuai dengan tujuan dan sasaran yang diinginkan.
Arsitek lansekap harus memberikan masukan secara menyeluruh dan bersama sama dengan ahli lainnya menyelesaikan problematika rancangan (bukan semata mata pada penyelesaian masalah estetika). Penentuan lokasi penempatan dinding penghalang pada lingkungan tertentu, sangat penting untuk menghasilkan rancangan visual yang menarik dengan fungsi mengurangi kebisingan yang dampaknya memberikan kenyamanan dan keindahan lingkungan jalan.
D. Inventarisasi






Inventarisasi potensi dan kendala lansekap dalam proses rancangan merupakan suatu langkah yang penting untuk menganalisis secara visual terhadap lokasi penempatan dinding penghalang kebisingan, keserasian material dengan lingkungan, manfaat bagi masyarakat sekitar, dan kondisi permukaan tanah.
Rancangan yang diusulkan, akan menjadi bagian dari lingkungan, seperti halnya dengan rumah, sekolah, pohon, sungai, dan lainnya sehingga mengfiasilkan suatu kombinasi kesatuan gang unik dan menarik.
Inventarisasi potensi dan kendala diperlukan untuk menentukan karakteristik dari lingkungan jalan.
Pertama yang perlu diinventarisasi adalah kondisi eksisting (kondisi awal) lingkungan jalan yang ada.Lingkungan jalan yang dimaksud dapat dibagi menjadi tiga karakteristik lingkungan jalan, yaitu pertama, karakteristik lingkungan jalan dalam kota, kedua, karakteristik lingkungan jalan dipinggiran kota, dan ketiga, karakteristik lingkungan jalan yang melintasi daerah pedesaan. Masing masing hasil inventarisasi lansekap, mempunyai karakteristik sosial dan lingkungan yang berbeda beda sehingga akan mempengaruhi dimensi visual dalam rancangan nantinya.
















Karakteristik lingkungan jalan di dalam kota (urban), biasanya merupakan kawasan yang telah terbangun dengan rapi dan teratur dengan ruang ruang terbuka yang sangat terbatas, penuh aktivitas, adanya trotoar dan fasilitas utilitas jalan. Material lansekap yang terdapat pada kawasan ini terdiri dari perkerasan beton, aspal, batu bata, dengan pohon pohon di beberapa tempat. Pepohonan hutan ataupun jenis tanaman liar tidak sesuai bila ditempatkan pada tepian jalan di daerah perkotaan. Oleh karenanya, jenis dan bentuk dinding penghalang kebisingan pada daerah perkotaan harus berbentuk modern sebagai ciri khas perkotaan. Demikian pula pemilihan jenis materialnya.
Karakteristik lingkungan jalan yang melintasi daerah pedesaan (rural) biasanya banyak ditemui ruang ruang terbuka yang luas seperti daerah persawahan, perkebunan, pertanian, pepohonan yang alami, pagar rumah sederhana, kumpulan semak dan perdu, serta kondisi permukaan tanah yang bergelombang.
Kemungkinan di beberapa tempat dijumpai lingkungan yang telah tertata baik secara alamiah. Material lansekap yang banyak dijumpai antara lain batu batuan, kayu, pohon pohon, tanaman tanaman produktif, pemandangan alamiah.
Dengan kata lain, apabila dinding penghalang kebisingan jalan hendak dirancang pada wilayah pedesaan, haruslah mempergunakan bahan bahan yang sesuai dengan karakteristik bahan setempat, sehingga visualisasi karakteristik lingkungan dapat terjaga.




























Karakterisitik lingkungan jalan di daerah pinggiran kota (suburban), banyak dijumpai pemandangan menarik yang merupakan perpaduan antara elemen buatan dan elemen alamiah.
















E. PARTISIPASI MASYARAKAT
Sasaran utama dari penempatan dinding penghalang adalah mengurangi dampak kebisingan yang berlebihan kepada masyarakat perumahan yang bermukim di sisi atau sekitar jalan. Namun, sering pula keberadaan dinding pembatas tersebut memberikan dampak negative terhadap pandangan visual, baik dari penghuni di lingkungan perumahan maupun bagi pengendara/pemakai jalan. Biasanya kritik disampaikan karena rancangan bentuk dinding pembatas tersebut tidak sesuai dengan lingkungan setempat, apalagi dinding pembatas tersebut secara visual senantiasa terlihat setiap harinya. Masyarakat menyadari bahwa manfaat dinding pembatas sebagai penghalang kebisingan sangat diperlukan dan dibutuhkan untuk lingkungan mereka.
Partisipasi masyarakat terhadap rancangan visual Binding penghalang kebisingan merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam tahap proses rancangan selanjutnya (participatory approach).
Masyarakat harus diikutsertakan dalam memberikan masukan dan pengawasan mulai dari maksud, tujuan, sasaran, dan manfaat terhadap rencana pembangunan dinding pembatas. Mulai dari tahap rancangan sampai tahap pembangunan nantinya (tahap prarancangan, rancangan, pelaksanaan konstruksi sampai kepada pasca pelaksanaan) masyarakat perlu diberitahukan.
Di beberapa negara, pemerintah telah mempersiapkan pedoman untuk alternatif rancangan dinding penghalang kebisingan yang meliputi bentuk dinding, material, dan warna. Pedoman alternatif rancangan dinding pembatas tersebut sudah memasukkan unsur penataan lansekap yang terintegrasi dalam rancangannya.
Di Indonesia (sepengetahuan penulis), dinding penghalang kebisingan jalan masih merupakan fungsi dari Batas kepemilikan dan perlindungan bagi keamanan tapak saja. Bahkan Binding penghalang kebisingan jalan dibuat dari sederetan tanaman pohon, perdu, ataupun semak yang kurang memiliki fungsi sebagai penghalang suara kebisingan. Masyarakat akan mendukung apabila dinding tersebut dapat memberikan kesan visual estetika yang menarik.

F. ANALISIS








Pendekatan multidisiplin dapat dipergunakan untuk melakukan analisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh dari hasil inventarisasi di lapangan. Sasaran dari analisis ini adalah menghasilkan identifikasi perencanaan, rancangan, dan kebutuhan lingkungan jalan dan masyarakat dalam hubungannya dengan proyek pembuatan dinding penghalang kebisingan jalan.
Potensi lansekap dan lingkungan antara kondisi awal (existing) dengan permukaan tanah dalam tapak harus dikenali, dipahami, dan dibahas.
Alternatif kontrol terhadap pengurangan kebisingan, estetika visual, tipe/jenis, dinding penghalang kebisingan harus dipikirkan, ditentukan, didiskusikan, dan dirumuskan. Perdebatan dan diskusi antara Arsitek Perencana, Arsitek Lansekap, Ahli Teknik Jalan Raya, dan Ahli Teknik Akustik sesuai dengan keahlian masing masing akan menghasilkan suatu solusi rancangan yang praktis, estetik dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku pada masing – masing kota, standar perencananaan, dan system pelaksanaan.



G. KONSEP RANCANGAN











Konsep rancangan adalah gagasan abstrak yang dikembangkan dari inventarisasi data lapangan, analisis dari kondisi kondisi yang ada (exsisting), kebutuhan perkembangan di masa datang, kendala rancangan di lokasi, fungsi jalan, dan aktivitas masyarakat di sekitar jalan. Gagasan ini merupakan kerangka dasar untuk pemilihan dari alternatif rancangan, penempatan untuk struktur dan rancangan yang terperinci. Masing masing anggota tim harus dilibatkan dalam konsep pengembangan untuk memastikan bahwa prinsip dan kriteria rancangan sesuai dengan disiplin profesinya. Semua itu untuk menghasilkan suatu dinding penghalang kebisingan yang menarik dan fungsional.







H. RANCANGAN AWAL












Rancangan awal mengikuti hasil evaluasi dari pengembangan konsep dengan mempertimbangkan prinsip dan persyaratan/kriteria rancangan. Ini sebagai suatu prinsip dasar rancangan untuk masing masing disiplin ilmu. Rancangan perlu mempertimbangkan persyaratan tasar lokasi, persyaratan visual, dan standar ukuran ukuran desain. Rancangan bentuk, oenempatan, material, bakal bakal, dan keputusan rancangan harus ditetapkan pada tahap ini.








I. RANCANGAN RINCI DAN DETAIL RANCANGAN











Rancangan rinci merupakan implementasi rancangan awal ke dalam rancangan rinci dengan memperhatikan skala gambar. Arsitek bangunan dan arsitek lansekap menggambarkan hasil rancangan dengan memperhatikan kombinasi penggunaan material, tekstur, warna, jenis tanaman, dan lainnya. Suatu rancangan dinding penghalang kebisingan yang baik harus memperhatikan segi estetika visual, penempatan dan struktur Binding yang menyesuaikan dengan kondisi lingkungan jalan.
Tahap ini merupakan tahap keputusan atau tahap final dari pemecahan masalah desain yang nantinya menjadi dasar bagi rancangan rinci selanjutnya. Yang terpenting pada tahap ini adalah memberikan visualisasi rincian rancangan secara jelas, teratur, sistematis, dan profesional dalam menggunakan teknik teknik visualisasi gambar. Teknik penggambaran dapat dilakukan secara manual ataupun dengan bantuan komputer. Gambar visualisasi perspektif dapat pula menggunakan bantuan komputer animasi tiga dimensi.



Dalam tahapan produksi gambar dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian berikut.
1. GAMBAR PERENCANAAN (Planning in Design Drawing)
No Jenis Gambar Skala
1 Lay Out Plan Rencana Dasar 1 : 1000
2 Landscape Plan Rencana Lansekap 1 : 500
3 Planting Plan Rencana Pola Tata Hijau 1 : 500
4 Elevation Plan Rencana Tampak 1 : 500
5 Section Plan Rencana Potongan 1 : 500
6 Lighting Plan Rencana Pencahayaan 1 : 500
7 Landscape Topografi Plan Rencana Muka Tanah 1 : 500
8 Drainage Plan Rencana Saluran Buang 1 : 500
9 Maintenance Plan Rencana Pemeliharaan 1 : 500
2. GAMBAR RANCANGAN RINCI (Detail Landscape Design Drawing)
10 Landscape Design Development Rancangan Rinci Lansekap 1 : 200
11 Planting Design Rancangan Tata Hijau 1 : 200
1 : 100
12 Section and Elevation Rancangan Potongan dan 1 : 200
Tampak 1 : 100
13 Details Landscape Furniture Rancangan Elemen 1 : 100
Lansekap 1 : 50
14 Details Hard Materials Rancangan Pola 1 : 100
Perkerasan 1 : 50
15 Details Soft Material Rancangan Elemen Alami 1 : 100
1 : 50
16 Details Planting Construction Rancangan Penanaman 1 : 50
1 : 20
17 Details Hard Construction Rancangan Konstruksi 1 : 50
1 : 20
3. GAMBAR PRESENTASI (Presentation Design Drawing)
18 Sketsa Perspektif Plan Bird Eye View Sketsa Rencana Tiga Dimensional Tanpa skala
Tampak Burung
19 Sketsa Perspektif Sketsa Perspektif Rancangan Tanpa skala
20 Sketsa Animasi Komputer Sketsa Animasi Tiga Dimensi Komputer

21 Maquet Maket presentasi Tanpa skala